Kegiatan
Sekaten yang menjadi tradisi tahunan bagi Keraton Yogyakarta merupakan simbol
kejayaan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Tokoh penting di balik semua ini
ialah Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo (sembilan wali yang
menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa). Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden
Sahid merupakan putra Bupati Tuban sekaligus seorang seniman. Ia mengadopsi
budaya lokal untuk kepentingan syiar Islam. Sekaten yang sudah berumur lebih
dari 500 tahun ini merupakan sebuah mahakarya dari Wali Songo, khususnya Sunan
Kalijaga.
Sekaten pertama kali digelar di Kerajaan Demak tahun 1477 Masehi.
Raden Patah, raja Demak waktu itu, dengan dukungan para wali berhasil
merampungkan pembangunan Masjid Agung Demak yang kemudian menjadi pusat
kegiatan dakwah.
Sebagai raya syukur atas selesainya masjid, para wali kemudian
menggelar acara tujuh hari tujuh malam dengan mengambil momentum kelahiran Nabi
Muhammad. Dan untuk menarik massa agar datang ke masjid, kemudian digelar
pertunjukan kesenian gamelan dengan gending-gending Jawa yang sudah dimodifikasi.
Nama sekaten sendiri berasal dari kata syahadatain yang merupakan ikrar seseorang untuk
masuk Islam. Namun, sumber lain mengatakan sekaten berasal dari kata sekati, nama dua gamelan yang
ditabuh saat upacara sekaten.
Sedangkan di Yogyakarta, sekaten digelar sejak kerajaan Mataram
Islam pertama berdiri pada masa pemerintahan Panembahan Senopati. Sejak
pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sekaten dimodifikasi dengan adanya
Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) selama sebulan penuh di alun-alun keraton.
Pergeseran makna Pada awalnya, sekaten murni merupakan ritual
semata. Tidak ada hiburan yang digelar secara besar-besaran. Namun sejak adanya
modifikasi seperti PMPS, secara perlahan ada pergeseran nilai dari ritual religius
menjadi sekadar pesta rakyat biasa saja.
Hilangnya roh religius sekaten ini karena telah terputusnya rantai
estafet dakwah sejak jaman Wali Songo sampai sekarang. Hal ini menjadikan arah
sekaten dengan segala rangkaiannya berubah. Upacara keagamaan berubah menjadi
upacara tradisional saja atau tepatnya pasar malam.
0 komentar:
Posting Komentar